Sore ini, tiba-tiba ada telepon Private Number masuk ke ponsel milik Ibu ku.
Terjadilah pembicaraan berikut:
Ibu: “Halo…”
X: “Ini dari kantor kepolisian. Apa betul ini nomor Ibu..” *klik*
Ibu ku menutup teleponnya, dan langsung mencari aku di kamar dan ngasih ponselnya ke aku. Yah, Ibu ku agak parno sama urusan polisi. Apalagi karena pernah terjadi penipuan yang melibatkan sepupuku sendiri.
By the way, on the way, anyway dan busway… Ini nih cerita penipuan terhadap sepupuku itu…
Sepupu aku pernah menerima telepon yang mengaku dari Kepolisian. Lalu si Polisi itu memberi tahu bahwa nomor sepupu ku itu terindikasi digunakan sebagai penipuan. Dan meminta sepupu aku untuk menonaktifkan ponselnya.
Sepupu aku awalnya cuek aja, tidak menggubris omongan polisi itu.
Tapi lalu beberapa waktu kemudian polisi nya menelepon lagi dan minta dengan keras untuk mematikan ponselnya beberapa waktu. Merasa mendapat ancaman itu, sepupu aku pun akhirnya mematikan ponselnya.
Ternyata, ketika sepupu aku mematikan ponselnya, si “polisi” itu menelepon orang tua nya sepupu ku (Om ku). Dan dia bilang kalau sepupu aku itu kecelakaan. Dan sedang dirawat di RS. Dia menjelaskan juga detil soal sepupuku itu. Mulai dari tempat kerja nya dan tempat tinggalnya. Sepertinya dia mengerti banyak juga soal sepupu ku.
Polisi itu meminta ditransfer sejumlah uang untuk DP RS karena akan dilakukan operasi darurat.
Om ku hampir melakukan transfer, sebelum akhirnya dia ingat kalau sepupu aku itu punya nomor lain.. CDMA.. Pas dihubungi.. Barulah semua jelas bahwa itu penipuan..
Yah itu alasan ibuku agak parno yang berhubungan dengan polisi di ponsel.. Walau itu sebenarnya ga perlu juga..
Back to topic, orang itu nelepon lagi.. Kali ini aku yang angkat..
Aku: “Halo..?”
X: “Halo Pak, ini dari kantor kepolisian. Saya ingin memberi tahu. Bahwa telah ditemukan hp dalam keadaan mati yang ada sms dari nomor hp ibu *** (nama ibuku)”.
Aku: “Oh ya…? HP nya apa pak?”
Polisi: “Nokia yang gede itu pak”
Aku: “Communicator ?”
Polisi: “Iya..”
Aku: “Bisa dijelaskan kronologisnya, Pak?”
Polisi: “Begini Pak.. HP Nokia itu ditemukan dalam saku pengendara sepeda motor yang kecelakaan tadi siang menabrak trotoar dan orangnya meninggal pak.”
Aku: “Okay.. Jadi sekarang hp nya ada di mana pak?”
Polisi: “Di sini, di Ditlantas Polda Metro Jaya Pancoran, sebelah Gelael MT Haryono”
Aku: “Kemungkinan itu ponsel ayah saya. Kalau diambil, apa yang mesti saya bawa?”
Polisi: “Kalau bisa sih yang punya yang datang. Tapi anda boleh datang kesini sekarang, pak. Kita jam 8 malam tutup”
Aku: “Baiklah, saya kesana sekarang”
Aku menelepon ayahku ke nomor esia nya. Dan ternyata benar bahwa ponsel Communicator nya hilang. Aku bilang kalau ponselnya ada di Ditlantas Pancoran. Aku suruh ayahku juga kesana, biar gampang ngurusnya. Walau aku tetap kesana juga bareng asisten aku pakai motor.
Sesampainya di sana, kita ketemu dengan Pak X yang menelepon tadi. Lalu setelah dijelasin semuanya. Bahwa pengendara motor itu ternyata boncengan. Yang mengendarai motor telah meninggal dan yang dibonceng sedang rawat intensif. Melihat ada satu ponsel lagi selain punya ayahku, aku pun tanya
Aku: “Itu ponsel satu lagi punya siapa pak?” kataku sambil menunjuk ponsel nokia 3650 yang ada satu kantong dengan communicator ayahku.
Polisi: “Oh, itu salah satu hp lain, pak. Ada indikasi salah satu atau keduanya adalah pelaku kejahatan. Karena tadinya sempat dihubungi juga, sesuai dengan identitas.. nama yang meninggal adalah Anton. Kita tanya ke nomor² yang ada di sana, ternyata ga ada yang kenal Anton. Lalu akhirnya pemilik nomor itu pun menelepon dan mengaku bernama Yanto. Jadi tinggal menunggu yang punya hp itu”
Setelah ayahku datang, dan dijelaskan lagi kronologisnya.. terjadi dialog berikut
Polisi: “Bapak kehilangan hp ini dimana pak?”
Ayah: “Saya tinggalkan hp itu di ruang rektor kampus saya sendiri pak. Berarti ada yang masuk dan mencuri hp itu selagi saya mengajar”
Polisi: “Di daerah mana?”
Ayah: “Kampus di depan stasiun tanjung barat pak”
Polisi: “Begini pak.. Sesuai prosedur, Bapak sebaiknya membuat surat laporan hilang di polsek terdekat dengan TKP kehilangan hp itu. Nanti setelah itu baru orang Polsek sana yang akan mengambil hp bapak itu dari sini. Bapak ambil di Polsek terdekat.”
Ayah: “Kan tadi saya sudah buktikan bahwa itu hp saya. PIN sudah benar, dan isi data² nya juga valid. Saya ingat setiap isi nya”
Polisi: “Saya tahu pak. Tapi karena ini adalah barang bukti kejahatan, dan masih ada korban yang hidup. Maka mau tidak mau ini disita sementara.”
Ayah: “Waduh pak. Saya lagi butuh banget ponsel itu.. Setidaknya SIM card nya boleh kan pak? Saya lagi menunggu panggilan penting soalnya”
Polisi: “Maaf pak, barang ini harus seperti apa adanya”
WHAT? Aku agak kesel dan mulai nimbrung
Aku: “Gini ya pak.. Saya ngerti deh kalo ini dijadiin barang bukti, tapi apa sih yang bisa dibuktiin dari secuil SIM card? toh itu juga dalam keadaan mati ketika dicolong. Bisa aja kan saya ngeblokir nomor tersebut ke operator, lalu meminta penggantian kartu baru. Mereka juga ga masalah. Tapi mesti minta surat keterangan hilang dari polisi. Itu artinya, sama aja mesti kesini juga kan? apa mesti bilang ke operator kalau kartunya ditahan polisi?”
Polisi: “Saya mengerti, tapi sudah prosedurnya begini”
Aku: “Pak, untuk urusan birokrasi kehilangan harus ngelapor ke polsek terdekat aja udah ngerepotin. ini lagi mesti bolak balik dari polsek terus ke sini.. Apa mesti ditambah bolak balik ke operator juga untuk ngurus penggantian SIM card, padahal hp nya gak benar-benar hilang?”
Polisinya berpikir sejenak.. lalu
Polisi: “Baiklah, SIM card nya boleh dilepas. Tapi tolong Bapak fotocopy dulu KTP atau identitas lainnya untuk dihubungi besok”
So.. Akhirnya kita tetep mesti nurut birokrasi polisi untuk melapor kehilangan di Polsek Jagakarsa, lalu nanti Polsek sana yang akan mengambil dari Ditlantas Pancoran bersama ayahku atau nanti ayahku yang akan ngambil di Polsek Jagakarsa lagi nantinya (yang akan makan waktu lebih lama).. entahlah..
Eala… kok ponsel yang ketemu malah lebih susah ya… 😦
Pas pulang, aku tanya..
Aku: “Ayah.. nomor² kontak ada di SIM card atau di ponsel?”
Ayah: “Gak tahu. Coba pasang SIM card ini di ponsel kamu yang satu”
Setelah masukin SIM card ayahku di ponsel ku yang satu lagi..
Aku: “Nih, PIN nya masukin..”
Ayahku masukin PIN, dan ketika aku cek phonebook SIM nya.. Kosong..
Aku: “Wah, ayah nyimpen semuanya di phone memory.. di sini ga ada satupun. Ada backup di komputer gak?”
Ayah: “Ga pernah pakai komputer buat backup.”
Aku: “…” *hela nafas*
Ya sudahlah.. Aku ngerti ayahku juga ga begitu mengerti tentang urusan synchronize antara ponsel dengan PC. Kalau aku, ketika ponsel aku hilang, yang paling berasa adalah harga dari ponsel itu. Soal data, walaupun memang ada beberapa yang hilang karena belum sempat di sync selama sebulan.. Tapi setidaknya more than 80% data itu selamat karena ada di komputer.
So, buat kalian yang pakai ponsel dan punya fitur synchronize.. Please, baca manualnya dan find out gimana cara sync dengan PC. Mencegah lebih baik dari mengobati kan?