Cerita Jogjamarathon 2018

photo_2018-04-16_16-22-34photo_2018-04-16_16-22-47

Berbekal pengalaman dua kali marathon di MBM2017 dan Jakmar2017 tahun lalu, ini sebenarnya emang nekat untuk maksain race dengan kondisi fitness level unproductive (versi garmin); dihitung dari Vol VO2max dan resting HR yang kurang baik dibanding dua race sebelumnya.

Tapi udah kadung cuti, akhirnya masih nekat race Full Marathon pakai prinsip “yang penting finish”, sehat selamat under COT..

Sebenernya cukup kecewa jg dengan mesarace yang mengubah aturan lomba beberapa kali. Tahun lalu jogmar merupakan event yang cukup bersahabat bagi virgin FM karena waktu cut off time (COT) untuk 42K saat itu 8 jam. Pada waktu daftar pre registration, masih 8 jam.. waktu dibuka untuk publik, COT nya berubah 7 jam 15 menit.. Ketika email mengenai racepack collection diberikan, muncul angka 7 jam.. start 4:45 dan COT 11.45.. Lebih dramatis saat pengambilan racepack, mesarace menambahkan aturan COT checkpoint tiap satu jam di KM 6, 12, 18, 24, 30 dan 36. Artinya udah tau kan, runners wajib menyelesaikan 6K dalam tiap jam.

Bagi pelarigembil yang catatan waktu terbaik FM nya 6 jam 20 menit alias pace 9, ini merupakan mimpi buruk. Karena posisinya serba salah, saat harus menyusuri 42K itu tenaga wajib disimpan supaya bisa menyelesaikan 42K dengan keceh atau bahasa kerennya finish strong.. means keluar finish dengan muka ganteng keceh dan bisa foto2 pasca lelarian. Dengan model COT checkpoint tiap jam.. Itu artinya tetep ga boleh santai, nanjak di km awal pun harus dibawah pace 10.

Di hari H, kami mulai start agak terlambat karena sholat subuh dahulu (subuh waktu jogja 4:25, 20 menit jelang gun time). Namun dari tempat sholat ke garis start cukup jauh, lebih dari 1,5K sehingga berakibat gue mulai start terlambat 4 menit dari gun time.

Udah berencana jadi sweeper, telat masuk start.. mau jadi apa coba? rasanya udah mau Did Not Start.. Namun mengingat udah terlanjur modal nekat “yang penting finish”.. ya dijalanin juga walau jadi pelari terakhir yg masuk garis start untuk kategori FM..

Berkat modal langkah cepet, gue berhasil nyusul satu orang runner perempuan yg punya BMI nya kurang lebih sama dengan gue.. trus gue disalip sama runner di sekitar kilometer ketiga yang kenceng dan ngaku kalau dia jg terlambat mulai.. ngajak bareng tp gue bilang “gpp monggo duluan, saya sweeper aja..” eh dia bilang “ada dua orang kok mas di belakang”

Oke fix berarti gue ketiga dari belakang.. gue jaga pace nyaman di 8’20-8’30.. sampai di km 7-8 gue udah setidaknya menyusul 5 runners.. dan di km 13 gue udah nyalip belasan runners, ada satu cewek yang DNF karena dibawa motor turun balik ke race village..

Masih semangat sampai km 19, mulai merasa haus karena botol pocari yang gue tenteng habis.. akhirnya nekat nyobain isotonik merek isoplus yg disiapin panitia.. ga cocok di perut.. ga dingin pula.. sempat mampir ke wc buat pipis pasca minum isotonik itu..

Apesnya, di km 26.. kaos kaki injinji yang setia menemani gue 2x marathon lalu sepertinya bolong/sobek.. alhasil lari dengan kaos kaki bolong sukses bikin kaki gue lecet.. berasa mulai ada tanda2 blister.. makin tegang ketika jelang km 29, gue diinfo marshall kalau waktu tersisa untuk masuk checkpoint km 30 tinggal 12 menit! Padahal kaki udah mulai blister, jarak finish masih jauh.. dan gue harus mempercepat langkah supaya gak tercyduk COT jam 9:42. Alhamdulillah gue masih nginjek garis km 30 jam 9:40. Gue bahkan sempat nyari warung untuk beli pocari karena ga cocok dengan isoplus.

Dua jam berikutnya menjadi terasa amat panjang.. Sempat hampir DNF jelang km 36 (final checkpoint) sebelum finish. Gue cuma bisa berdoa kaki gue masih mau diajak jalan under pace 10.. Alhasil, gue bebas dari mobil rescue oranye yang sudah siap untuk mengembalikan runners ke race village. Konon yang tercyduk cuma dikasih 2 opsi: diantar balik ke race village tanpa diberikan medal dan finisher tees, atau silahkan meneruskan lari tanpa bib (sama aja sih).

Setelah lewat checkpoint km 36 dalam hitungan 1 menit hampir tercyduk.. Sejam terakhir menjadi momok menakutkan bagi gue, kaki udah mulai terasa ada lipatan.. perih.. akhirnya coba cari bangku dan melepas kaos kaki.. siapa tahu keadaan lebih baik (fyi, gue terbiasa juga lari 10k tanpa kaos kaki dengan sepatu race kesayangan gue kemarin).. tapi ternyata keadaan sudah tidak membaik, selain blisternya hampir 1/4 dari telapak kaki.. ketika mencoba buka sepatu.. kaki terasa mulai keram. Sempat berteriak minta tolong runners manggil marshall.. marshall hadir dan membantu sedikit namun tidak ada medic yg dekat.. disarankan untuk duduk tenang sambil nunggu medic yang mobile.. gue pun memutuskan untuk kembali melangkah.. jalan kaki aja deh, toh udah final checkpoint.. semestinya gue bisa finish under cot..

Kondisi kaki keram mulai membaik, namun blister tetap.. Sejam dalam kondisi kaki nyut2an itu rasanya cihuy banget, yang bikin gue masih mau finish cuma meyakinkan diri bahwa gue pernah ngalamin hal yang lebih buruk dari ini.. so, bismillah sampe finish..

Istri nelepon kalau di garis finish waktunya udah pas 7 jam, namun menurut marshall lapangan cot sampai jam 12.. alhasil gue masih berhak dapat finisher tees dan medal walau based on gun time, gue over COT beberapa menit. Ini finish paling ga kece bagi gue, kaki udah sulit dipakai untuk melangkah, bahkan sampai terpaksa tim medic datang menghampiri ngurusin blister dan kram pasca race.. Akibatnya di finish ga banyak foto karena entah selain blister dan kram, perut mau muntah dan kepala berkunang2.. jd after race langsung pulang.. maaf ya merepotkan semuanya 🙏

Yak inilah cerita pelarigembil menyelesaikan full mlaku, eh full marathon ketiganya yang hampir COT.. memang sebaiknya ga usah diikuti kalau persiapan marathonnya kurang, percayalah kalau 42K itu jauh, ga kebayang yang lelarian ultra marathon.. jangan2 mereka minum bensin kali ya 🙈

View on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized

at Adi Soemarmo International Airport (SOC) (Bandar Udara Internasional Adi Soemarmo)

See on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Kemarin sore gue baru ngalamin sendiri jadi korban penjambretan, ketika sedang naik bajaj dari stasiun tebet menuju rumah. Gue yg saat itu lagi sibuk edit video di iPhone, dipepet motor dari sebelah kiri dan langsung nyamber iPhone gue, kayaknya udah diincer.

dugaan kami, ada komplotan supir bajaj dgn para pemotor / ojek preman stasiun tebet. karena supir bajaj kami berada di depan para ojek dan mencari penumpang dengan tangan kearah kami. Karena gerimis kami langsung mencari transportasi yang ada. Supir bajaj juga terlihat pasrah saat ponsel gue ditarik.. Ternyata di tempat lain beberapa saat setelah ponsel gue pindah tangan, temen satu geng jalan yang juga turun di stasiun tebet mengalami kejadian yang sama.

Kebetulan ponsel kami sama2 iPhone, dan sama2 aktif fitur Find my iPhone. Setelah mengaktifkan lost mode, kami mendapat info bahwa kedua ponsel kami sempet aktif sekitar 17.25 dan berada di daerah PGC cililitan. Namun langsung mati kembali.

Pada kemarin malam kami telah melapor ke @polsektebet dan dibuatkan surat kehilangan oleh Bapak Teguh Prijanto. Bapak Prijanto bilang kalau mau proses BAP akan makan waktu dan belum tentu juga bisa dicari pelakunya karena banyak kejadian di sekitar stasiun tebet, seperti sudah banyak komplotannya. Kasus kriminalitas meningkat biasanya di saat malam2 weekend karena biasanya mereka butuh uang buat mabuk2an.

Saat ini iPhone tersebut masih dalam kondisi lost mode, belum ada update. Cuma masih berharap malingnya mau menanggapi pesan di lock screen untuk mengembalikan iPhone gue itu, data di dalamnya lebih mahal dari harganya. Semoga aja masih milik.. kalau tidak, berarti rejekinya sampai disana.

Pelajaran penting buat semua: jangan menggunakan ponsel di sekitar stasiun tebet, dan jangan juga di dalam bajaj. Simpan di tempat tertutup dan selalu waspada.

Semoga tulisan gue ini kembali mengingatkan bahwa kejahatan terjadi bisa dimana saja, walau di lingkungan yang kita kenal sekalipun. – with Yusuf, Oktavian Anggraeni, Nila Alya, Agung, and Ida

View on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Review Smartwatch vs Sportwatch : Apple watch sport vs Garmin Fenix 3

fenix 3 vs apple watchSudah lama tidak update blog. Berhubung banyak permintaan untuk review apple watch, maka kali ini gue menyempatkan diri sedikit me review mengenai dua jam tangan yang saat ini gue pakai.

Sebenarnya, sebelum memutuskan membeli Fenix 3 maupun apple watch, gue udah jatuh cinta sama jam tangan pebble. Sehingga ketika Pebble memutuskan membuat versi berikutnya yang berwarna dengan nama Pebble Time, gue pun ikutan jadi backer.

Sayangnya, kedatangan pebble time yang tadinya gue harapkan hadir di bulan Mei 2015 jadi mundur hingga minggu kedua bulan Juli, itupun setelah gue harus mendatangi kantor pos demi membayar biaya bea masuk, pajak dan segala urusan administrasi lainnya.
IMG_8655Untuk review pebble time, rasanya belum perlu. Kurang lebih sama dengan review gue sebelumnya, hanya kali ini bentuknya tidak bersudut, layar berwarna dan sekilas fiturnya cukup menarik.Hanya saja, gue tidak tertarik menggunakan pebble time setelah gue membeli sebuah apple watch. Kenapa? Karena keduanya memiliki fitur yang hampir sama sebagai smartwatch. Dan berhubung main device gue adalah iPhone 6, maka pasangan idealnya tentu apple watch. Hal ini dibuktikan dengan tidak bermanfaatnya built in microphone pada pebble di iOS. Jadi sepertinya kali ini pebble time lebih cocok untuk di pair dengan smartphone berbasis android.

Mungkin beberapa temen gue juga tahu, hampir dua tahun ini gue memutuskan untuk merubah gaya hidup gue menjadi lebih sehat. Diet sih engga, tapi menjaga tubuh bugar dengan olahraga. Utamanya menjaga pikiran untuk tetap positif, bukan demi ngurusin berat badan. Mengutip dokter almarhumah nyokap yang bilang: Tubuh kita itu pintar kok, kalau kitanya sehat, maka berat badan akan menyesuaikan dengan sendirinya. Yang gendut bisa lebih langsing, yang kurus bisa lebih berisi. Itu baru bener, makanya gue ga percaya sama diet sebelah yang fokusnya “menurunkan berat badan”. kalau kayak gini mah yang kurus apa kabarnya?

Supaya lebih memotivasi semangat dalam berolahraga, gue memulai pertamanya dengan membeli sebuah activity tracker dari Garmin, Vivofit. Alasan utamanya adalah karena beberapa temen gue juga menggunakan vivofit, dan banyak temen lari yang pakai produk Garmin. Otomatis semuanya masuk dalam community Garmin Connect.

vivofit familyGue seneng dengan vivofit ini karena layar nya cukup informatif. Memberikan data berapa langkah harian kita, dapat mengukut kualitas tidur dan lebih enaknya, memberikan tantangan baru! kok bisa? Jadi kalau kita berhasil menyelesaikan goal harian, maka besok hari vivofit ini menaikkan jumlah stepnya. Kalau sejam kita tidak bergerak, maka move bar nya akan muncul warna merah.

Kembali ke smartwatch.. Sebenarnya Pebble time bisa jadi activity tracker, tapi membutuhkan aplikasi mifsit dan jawbone. Menurut gue ga terlalu bermanfaat karena pada akhirnya tetap bergantung dengan smartphone.

Oleh karena itu, kali ini gue mereview kedua jam tangan yang menurut fungsinya memang berbeda. Fenix 3 didesign untuk multi sport watch. Gue memilih varian Fenix 3 sapphire yang lebih mahal karena ada cerita pemilik Fenix 2 yang kacanya kena gores. Daripada gue menyesal nanti, lebih baik gue ambil yang sapphire. toh dengan harga lebih mahal juga worth it dengan diberikan metal strap.

Review gue ini hanyalah review dari seorang penggila gadget yang malas menulis, jadi kalau ada yang ingin review lebih detil soal Garmin Fenix 3, monggo dicek di link ini.

Di saat gue memutuskan membeli apple watch, sebenarnya pertimbangan gue adalah:

  • Durability. Beberapa review di internet, apple watch fail dalam drop test. Ada yang bilang lebih aman jangan ambil apple watch sport (ion-x glass), tapi apple watch (sapphire glass). Tapi saat direview, apple watch sapphire glass pada saat jatuh malah pecah, sementara yang sport aman. di review lain, apple watch sport pecah. Oleh karena itu, gue memutuskan hanya akan membeli apple watch seri apapun asal sudah ada case nya.
  • Tahan air? Memang di webnya apple tidak ada garansi mengenai hal ini, tapi kalau baca tulisan kecil di bawah websitenya tertulis :

    *Apple Watch is splash and water resistant but not waterproof. You can, for example, wear and use Apple Watch during exercise, in the rain, and while washing your hands, but submerging Apple Watch is not recommended. Apple Watch has a water resistance rating of IPX7 under IEC standard 60529. The leather bands are not water resistant.

  • Daya tahan baterai. Apple mengklaim bahwa baterai Apple watch sanggup bertahan hingga 18 jam. Dan saat baterainya lemah, ia akan masuk Power Reserve hingga 72 jam.

Namun karena berpegang prinsip “Lebih baik nyesel tapi beli, ketimbang nyesel tapi ga beli” maka gue pun kena racun saat apple watch hadir di singapore. Salah seorang temen gue disana pun makin meyakinkan racun itu dengan menginformasikan bahwa sudah ada case yang durable untuk apple watch buatan spigen: Apple watch case tough armor. Jadilah gue memiliki sebuah apple watch sport 42mm black dan sudah terpasang spigen tough armor dari sejak pertama pakai; tidak akan gue lepas karena khawatir pecah jika digunakan dalam keadaan naked. Apalagi saat gue beli belum tersedia tempered glass buat apple watch disini.

So, apakah apple watch worth it?

Fitur-fiturnya menarik; terutama force touch dan built in heart rate sensornya. sayang GPS nya mengandalkan GPS dari iPhone. Sehingga apple watch tidak bisa digunakan tanpa iPhone.

Untuk activity tracker, sebenarnya apple watch ini cukup seru dengan membuat standar sendiri berbentuk lingkaran.

photo_2015-08-13_14-38-24Lingkaran luar berwarna merah artinya move (gerakan), lingkaran tengah berwarna hijau berarti exercise (latihan) dan lingkaran dalam berwarna biru artinya stand (berdiri). Defaultnya, kita menentukan sendiri berapa banyak kalori harian dan exercise. Gue ngeset 650 kalori untuk moves. Sementara exercise dan berdiri sepertinya tidak bisa diatur. Exercise satu lingkaran 30 menit dan berdiri 1 lingkaran adalah 12 jam.

Setelah menggunakan sebulan, maka kalendar di activity ini akan muncul simbol2 seperti ini:

photo_2015-08-13_14-38-29Tanggal 25-31 gue males menggunakan apple watch karena di saat itu gue lebih aktif olahraga sehingga memutuskan untuk menggunakan fenix3 saja.

Di bagian achievement juga sebenarnya lucu untuk menjadi personal achievement

photo_2015-08-13_14-38-26Fitur seru lainnya, ternyata layar pada apple watch bisa discreenshot. caranya ada di sini.

Demi review ini, kemarin sebenarnya gue udah mencoba melakukan perbandingan apple watch saat digunakan bersama dengan Fenix 3 sebagai sport watch di saat gue melakukan morning exercise: jogging santai dengan pace hore.

Sebelum mulai lari, gue mencoba untuk ngecek heart rate gue dengan apple watch vs fenix3 + HRM-Run

photo_2015-08-13_14-37-59apple watch memberikan informasi 74bpm, sementara Fenix3 73bpm. Beda tipis dan sebenarnya keduanya sama, namun saat gue foto angkanya berubah.photo_2015-08-13_14-37-48Sebagai katalisator, gue juga menggunakan aplikasi Nike+ Running di iPhone. Gue pun melakukan short run 3K. Untuk catatan waktu tidak perlu dibandingkan, karena bisa jadi gue menekan ketiganya tidak bersamaan (selisih 1-2 detik) tapi gue lebih concern dengan akurasi jaraknya.

Saat lari, yang pertama kali menginformasikan bahwa gue sudah menempuh 3K adalah Gamin Fenix 3, kemudian Nike+ Running dan terakhir Apple watch. Makanya ketika Apple watch selesai 3K, gue berhenti dan end run.

Hasilnya:

photo_2015-08-13_14-38-06photo_2015-08-13_14-38-09photo_2015-08-13_14-38-03
Garmin Fenix 3 : 3.08K (26:48.8)
Nike+ Running : 3.05K (26:44)
Apple watch : 3K (26:46)

Gue gak terlalu yakin dengan keakuratan Apple watch. Tapi selisih 30 meter dari Fenix 3 dan Nike+ Running lebih bisa gue percaya. Sementara kalau apple watch vs lainnya jaraknya lumayan (50 meter dengan Nike+ Running dan 80 meter dengan Fenix 3).

Sayangnya kalau menggunakan MyFitnessPal, data lari itu dianggap Running (jogging), in place. Berarti gue dianggep treadmill. Padahal aslinya kan engga. Ini mungkin masih bug dalam data GPS apple watch.

Sedikit info, kalau sudah menyelesaikan goal harian, maka apple watch akan memberi notifikasi seperti ini:

photo_2015-08-13_14-38-32photo_2015-08-13_14-38-36Dengan log yang demikian informatif, semestinya apple bisa menarik konsumen lebih banyak. Tapi sayang, goal nya tidak bisa dijadikan tantangan/challenge seperti Garmin yang secara otomatis akan naik atau turun tergantung apakah kita mampu menyelesaikan goal harian atau tidak.

Sayangnya, apple tidak memberikan fitur untuk mengukur kualitas tidur. Dan dengan daya tahan baterai yang hanya 18 jam, rasanya apple watch tidak didesign untuk mengakomodir hal tersebut. Karena apple watch harus di charge setiap hari.

Sebagai wrap up, berikut ini gue resume kan perbandingan keunggulan dan kelemahan masing-masing

Apple watch over Garmin Fenix 3:

  1. Perfect match buat iPhone. Semua push notification dan emoji terbaca jelas. Layar full color OLED menjadikan cukup eye catching saat indoor, apalagi gelap.
  2. Built in speaker dan mic. Jika kita tidak menggunakan handsfree, kita masih bisa menerima ataupun melakukan panggilan menggunakan apple watch dengan speakerphone dan mic yg tersedia
  3. Built in Heart Rate Monitor. Bagi Garmin, fitur ini baru tersedia di Forerunner 225. Fenix 3 masih bergantung dengan HRM-Run/Tri dengan ANT+

Cons:

  • Waktu boot up nya lama, jadi sebaiknya dijaga agar tidak benar-benar kehabisan baterai atau tidak peru sering dimatikan.
  • Diklaim bertahan upto 18 jam, gue pernah di saat awal pakai — biasa bawaannya pengen lirik dan cek fitur terus — cuma bertahan 14 jam. Dan saat teririt yang pernah gue alami adalah 22 jam
  • Layarnya ringkih, sebaiknya pakai tempered glass atau case untuk menjaga dari benturan atau terjatuh
  • Kabel chargernya kurang lebih sama diameternya dengan kabel lightning. Mudah terkelupas dan bengkok. Jadi amat disarankan untuk mengamankan kabelnya dengan spiral cord protector supaya lebih awet.
  • Aplikasi yang ada hanyalah mirroring dari iPhone sehingga kadang load time nya lama
  • Exercise yang tersedia harus dikalibrasi dulu dengan membawa apple watch dan iphone keluar setidaknya 20 menit. Itupun hasilnya kurang akurat berdasarkan perbandingan saat dipakai berlari

Garmin Fenix 3 over Apple watch:

  1. Bentuknya round seperti jam tangan mahal. Tidak persegi seperti kebanyakan jam smartwatch
  2. Chroma LED color e-paper display, terbaca jelas dibawah terik matahari langsung
  3. Multi sport. Bisa dipakai saat lari, hiking, renang. Tahan air gak usah diragukan.
  4. Baterai tahan lama. Jika smart notif aktif, baterainya sekitar 3 hari. Namun jika hanya digunakan sebagai sportwatch, gue pernah lepas charger Jumat subuh, dipakai lari outdoor 4x dengan durasi rata2 sejam, rabu sore baterainya 20%. Karena kamisnya gue lari lagi, jadi gue charging. Lumayan tidak perlu bawa charger kemana-mana jika ada tugas seminggu keluar kota.
  5. Sensor lengkap. Termasuk compass, altimeter, barometer, thermometer
  6. Activity tracker dengan sleep tracking. Kita bisa mengetahui kualitas tidur kita

Cons:

  • Smart notificationnya sering bermasalah jika terlalu banyak notif masuk, crash. Sepertinya Garmin perlu banyak perbaikan untuk menjadikan sportwatch nya lebih ‘smart’
  • Harus bawa HRM-Run/Tri jika ingin memantau HRM karena Fenix3 tidak built in HRM
  • Jangkauan bluetooth nya pendek, mudah disconnected walau jaraknya kurang dari 10 meter
  • Activity trackernya beberapa kali bermasalah, steps nya hilang walau larinya tidak. Jadi misalnya gue lari 5K tercatat, tapi step nya engga. baru 200 steps.

Mungkin sekian dulu review singkat Apple watch sport vs Garmin Fenix 3. Jika ada yang kurang jelas silahkan ditanyakan lewat comments

Leave a comment

Filed under Uncategorized

… And i don’t cry because it’s over
I smile because it happened 😊

Happy 33rd anniversary, Mom & Dad

I love you both with all my life

View on Path

1 Comment

Filed under Uncategorized

Setelah merawat, memandikan, mengkafankan, menyolatkan.. Gue pun mengantar ke peristirahatan terakhir..

Semoga Allah SWT mengampuni segala dosanya, meninggikan derajatnya, menerima amal kebajikannya, melapangkan kuburnya, menjadikan kuburnya raudhah min riyadhil jannah

*repath trinzi – with Trinzi at Pemakaman Jati

View on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Nyokap gw punya kakak yg secara postur badan mirip.. Dari dulu orang sering ketuker.. Btw kakak nyokap (yg difoto sebelah kanan) itu profesinya guru SD..

Kejadianlah di pasar pas gw nemenin nyokap belanja.. Tau2 ada anak SD nyamperin nyokap terus cium tangan.. Padahal nyokap ga kenal.. Dalam hati, pasti itu anak ketuker gurunya sama nyokap gw 😅

Pas di tukang daging.. Penjualnya komentar “lho? Kemarin baru beli 2kg daging, udah abis lagi bu?” 😅

Hari ini ceritanya kakaknya nyokap gw nemenin di RS.. Trus td pas ke warung makan, penjualnya komentar
“Lho ibu udah sehat? Alhamdulillah ya bisa jalan kesini”

*akhirnya jelasin lagi deh soal kakak beradik yg mirip ini 😅

Menurut kalian, emang mirip gitu? Oh iya di foto, nyokap lg ga pake kacamata.. Padahal sih sama2 pake harusnya 😅

View on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Workshop #safetyinternet – with mataharitimoer and Banyumurti

View on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized

Telegram memang baru, tp cukup fenomenal sebagai alternatif whatsapp. Kenapa? Karena telegram mirip dengan whatsapp, simpel dan ga bikin lelet dgn stickers atau promo2 lain spt line, wechat atau kakao.

Apa yg bikin beda? Silahkan buka review tmn gw di http://id-iphone.org/review/telegram-aplikasi-messenger-yang-aman-dan-cepat/

Saat ini setidaknya udah 3 komunitas gadgets dan 1 komunitas mobil yg gw ikutin pindah ke telegram.

Kerennya, cukup satu nomor.. Kita bisa chat di multi device. Saat ini gw pakai satu nomor untuk chat di iPhone, Android, iPad, Windows8 dan PC.. Iya PC.. Chatnya terkirim ke semua gadgets..

Jangan tanya buat BB yah.. BB bisa apa sih?😏😏😏

*Suku Agama Ras dan Antargadgets 😝😝😝😝

View on Path

1 Comment

Filed under Uncategorized

Paper – Stories from Facebook

App ini keren juga.. Mirip flipboard tapi keliatannya sedikit lebih advance..

Baru tersedia untuk iPhone 😌😝
#SARA

Itupun blm ada di Appstore ID. Gue coba download dengan AppleID US

View on Path

Leave a comment

Filed under Uncategorized